Tuesday, June 1, 2021

Anak Sakit: Waspada Penyakit Demam Berdarah (DBD)


Minggu lalu menjadi minggu terberat untuk saya. Sekitar seminggu setelah lebaran anak saya (Usia 4 tahun) dinyatakan terkena penyakit Demam Berdarah (DBd). Kejadian yang mungkin tidak akan saya lupakan dan menjadi pelajaran bagi saya dan keluarga. Begini kronologis kejadiannya. 

Latar Belakang

Saya, Istri, dan anak berencana untuk pulang kampung karena ada acara di rumah orang tua saya. Walaupun seminggu sebelumnya sudah berlebaran di kampung halaman, saya dan istri memutuskan untuk pulang kampung (lagi) karena acaranya sangat spesial yaitu  PILKADES (Pemilihan Kepala Desa). Sebuah acara pesta demokrasi 6 tahunan untuk memilih kepala desa. Saya tidak ingin melewatkan momen ini jadi kami memutuskan untuk pulang dan ikut nyoblos. 

Jum'at,  21 Mei 2021

Saya pulang dari kantor dan tiba di rumah pukul 14.00 WIB. Istri dan anak saya sudah siap untuk berangkat, pakaian ganti untuk 2 hari/malam di kampung sudah dikemas rapi oleh istri. Saya bergegas ganti pakaian. Kondisi anak saya saat itu terlihat tidak terlalu ceria seperti biasanya. Dia seperti tidak ingin berangkat namun dia tidak mengungkapkan itu soalnya masih anak2. Kami bertiga pun, cus naik motor bertiga seperti biasanya. 

Di perjalanan pulang, baru 15 menit perjalanan anak saya muntah-muntah. Pikir saya mungkin masuk angin biasa. Saya menepi dan istri saya memberi minum anak. Kami lanjutkan perjalanan lagi, sekitar setengah jam kemudian anak saya muntah-muntah lagi. Pikir saya ini akibat dia belum makan siang, maka kami pun berhenti untuk makan siang namun anak saya tidak mau makan. Dia ingin balik lagi ke rumah. Tapi saya abaikan. Kagok ah, udah setengah perjalanan (pikir saya). 

Kami tiba di rumah orang tua saya sekitar jam 19.00 saat adzan isya berkumandang. Kami istirahat, namun kondisi anak saya terlihat lemah sekali dan badannya mulai demam. Tidur pundia tidak nyenyak. 

Sabtu, 22 Mei 2021

Suhu tubuh anak saya makin tinggi, demamnya makin menjadi. Dia pun enggan makan dan minum. Saya cek pakai thermometer, suhunya mencapai 40°C. Saya dan istri mulai panik, istri terus mengkompres kepala anak saya dengan air hangat. Kami pun memanggil bidan desa, beliau memberikan obat berupa paracetamol dan antibiotik. Namun panasnya tidak kunjung turun. 

Minggu, 23 Mei 2021

Karena kondisinya yang tidak kunjung membaik, saya putuskan untuk, membawanya ke dokter di desa tetangga. Diperjalanan menuju dokter, anak saya terlihat lemas sekali. Nafasnya pun tidak teratur. 

Sore itu, dokter itu memeriksa dan memberikan obat. Ternyata obat yang diberikan pun sama dengan yang ibu bidan berikan. Hasilnya??? Tidak terlihat perubahan sama sekali. Semalaman saya dan istri tidak tidur, anak terus di kompres air, namun kondisinya tidak berubah. Saya panik. 

Senin - Kamis, 24 - 27 Mei 2021

Kami pun memutuskan untuk membawa anak saya ke Rumah Sakit karena khawatir dengan kondisinya. Selepas subuh, kami berangkat ke RS dengan menyewa mobil pick up tetangga. Kami tiba di RS sekitar pukul 6.00.

Anak saya langsung dibawa ke IGD, saya pergi ke bagian pendaftaran. Di IGD, anak saya di cek SWAB terlebih dahulu dan kemudian cek darah. Hasil SWAB nya negatif, sementara hasil dari cek darah menunjukan trombositnya 140.000. Trombosit sejumlah itu adalah kadar minimal yang harus dimiliki oleh tubuh manusia. Dengan kondisi yang masih demam dan kurang asupan makanan, trombosit anak saya pasti akan terus berkurang. Dokter mendiagnosa bahwa anak saya terkena Demam Berdarah, beliau pun menyarankan untuk rawat inap. 

Anak saya pun mulai masuk ke ruang perawatan, selang infus ditancapkan ke tangan anak saya supaya asupan makanan tidak berhenti. 

Setiap pagi dan sore anak saya diambil sampel darahnya untuk diperiksa. Setiap suster mengambil sampel darah, anak saya menangis, ibunya tidak kuasa melihat suntikan jarum ditancapkan untuk mengambil beberapa mili darah dari tubuh anak saya. Hasil dari sampel darahnya menunjukan hal yg kurang menggembirakan. Selasa trombositnya malah turun drastis menjadi 50.000. Hari Rabu sedikit peningkatan menjadi 64.000. Hari kamisnya malah turun jadi 60.000. Hal yang menghembirakan adalah suhu tubuh anak saya sudah normal sejak Rabu siang. Namun karena kondisi trombosit yang masih rendah, dokter belum membolehkan pulang.

Bercak-bercak merah di tubuh anak saya terlihat makin banyak pada hari Kamis. 

Jum'at, 28 Mei 2021

Pagi hari seperti biasa suster mengambil kembali sample darah. Anak saya kembali menangis dan menronta karen sakitnya ditusuk jarum suntik. Sampel darah yang diambil terlihat berbeda dengan hari-hari, sebelumnya. Jika4 hari sebelumnya suster kesulitan mengambil darah, pagi itu darah yang diambil cukup mudah dan terlihat lebih encer. Harapan saya ini pertanda baik. Ketika sekitar pukul 09.00, dokter pun datang memeriksa anak saya, kemudian memperlihatkan hasil cek darah tadi pagi yang menunjukan trombisitnya sejumlah 92.000. Beliau pun menjelaskan bahwa fase kritis DBD anak saya sudah lewat. Dengan kondisi yang sudah stabil trombositnya otomatis akan bertambah. Anak saya mulai siang ini sudah diperbolehkan pulang. Dokter mengingatkan supaya anak saya makan dan minum air yang banyak supaya trombositnya cepat naik. Saya Lega. 


Saya bergegas untuk membereskan administrasi untuk kepulangan anak saya. Alhamdulillah, dengan adanya KIS (Kartu Indonesia Sehat) / BPJS, biaya yang saya keluarkan untuk perawatan anak saya adalah GRATIS. Saya hanya diminta bayar 9.500 untuk pembelian baskom plastik dan lap. 

Siang pukul 11.00 kami sudah tiba di rumah orang tua. Dijadwalkan anak saya untuk check-up lagi pada hari Senin, 31 Mei 2021. Dan hasil chek up menunjukan kondisi anak saya sudah dinyatakan sembuh. 

Syukur alhamdulillah, kondisi anak saya kini sudah normal kembali. Dia bisa beraktifiitas seperti biasanya. Semoga anak saya terus diberikan kesehatan oleh Alloh SWT. Aamiin. 

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada suster dan dokter yang merawat anak saya dan juga semua yang mendoakan untuk kesembuhannya. 

Pelajaran yang bisa diambil dari sakitnya anak saya adalah sebagai berikut:

- Jika suhu tubuh sudah mencapai 40°C, langsung saja rujuk ke RS terdekat.  

- Fase DBD antara lain: 

*Fase Pertama: Panas/Demam yang tidak kunjung turun selama 3-4 hari, badan lemas, munculnya bercak merah di kulit. Trombosit bisa kurang dari 100.000.

*Fase Kedua : Banyak yg menganggap bahwa ketika suhu tubuh normal berarti sudah sembuh, namun justru ini adalah fase kritis. karena kemungkinan bisa terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah yang akan menyebabkan syok dan berpotensi mengancam nyawa. Fase kritis dapat terjadi 3-7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, cairan tubuh penderita harus dipantau ketat. Pasien tidak boleh kekurangan maupun kelebihan cairan.

*Fase Ketiga: Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase ini akan terjadi 48-72 jam setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar dari pembuluh darah akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, sangat penting menjaga cairan yang masuk agar tidak berlebihan. Kadar trombosit pun akan meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar 150.000/mikroliter darah, sampai kemudian kembali ke kadar normal. Dalam penanganan DBD, sebenarnya tidak ada pengobatan khusus yang dapat diberikan. Penderita hanya disarankan untuk banyak beristirahat dan minum air putih yang banyak untuk mencegah dehidrasi.